kabarbangkabarat – Dalam perspektif Islam membangunkan orang untuk melakukan sahur merupakan perbuatan yang baik dan mendapat pahala dari Allah SWT.
Namun membangunkan orang untuk melaksanakan sahur tidak di lakukan asal ataupun sembarangan. Lalu, bagaimana caranya membangunkan orang sahur dan mendapatkan pahalanya?. Di ketahui, saat ramadhan banyak sekali cara yang di lakukan oleh orang-orang dalam membangunkan orang sahur.
Mulai dari melantunkan syair, dengan nyanyian, hinga arak-arakan keliling kampung di sertai bedug dan alat kentongan. Terkait persoalan tersebut, Ketua MUI Bangka Belitung, Zayadi Hamzah memberikan penjelasan.
Zayadi menjelaskan, membangunkan sahur hendaknya di lakukan dengan mendahulukan adab dan cara yang baik agar tidak mengganggu privasi orang atau warga.
“Boleh di lakukan dengan kata-kata seruan atau dengan syair-syair dan lebih baik lagi dengan ucapan sholawat kepada nabi,” kata Zayadi.
Zayadi menyebutkan, pada masyarakat tertentu, membangunkan sahur telah menjadi tradisi dan di lakukan dengan beragam cara tergantung dari komunitasnya. Dirinya menuturkan, tradisi yang bersifat baik tentu boleh di pertahankan ketika di ketahui tidak terdapat komplain dari masyarakat.
Kendati demikian, Zayadi menyebut, hal tersebut tetap harus memerhatikan situasi dan lingkungan masyarakat tersebut.
“Misalnya bila komunitas itu banyak terdapat saudara kita yang non Muslim, harus di perhatikan bentuk atau caranya agar saudara kita yang non muslim tidak terganggu,” ucapnya.
Dan juga harus di perhatikan bila ada warga yang sakit dan punya anak bayi. Hal seperti ini sebaiknya di jajaki lebih dahulu agar tidak mengganggu warga tertentu.
“Membangunkan sahur pada prinsipnya kita mengingatkan warga masyarakat untuk berpuasa, mengingatkan orang berpuasa pasti mendapatkan pahala,” imbuhnya.
(Bangkapos.com/GogoPrayoga).