News  

Pedagang Ayam Broiler Mengeluh: Sektor Timah Lesu Pembeli di Pasar Tradisional Mentok Menurun 40 Persen

BANGKA BELITUNG, Pedagang daging ayam broiler di Pasar Tradisional Mentok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengeluh pembeli sepi. Hal itu terjadi lantaran perekonomian warga Kabupaten Bangka Barat terbilang lesu, dikarenakan melemahnya sektor timah, sehingga menyulitkan ekonomi masyarakat.

Bahkan, pembeli daging ayam broiler di Pasar Tradisional Mentok mengalami penurunan hingga 40 persen di bandingkan dengan beberapa waktu lalu sebelum sektor pertimahan lesu.

Hal itu diungkapkan oleh salah satu pedagang daging ayam broiler di Pasar Tradisional Mentok, Ijal saat ditemui pada Senin, 10 Juni 2024 pagi.

“Daya beli sekarang menurun, abis lebaran (Idul Fitri) kemarin, penurunan sekitar 40 persen. Biasanya kita jual 200 ekor per hari, sekarang menurun drastis sampai 40 persen,” ungkap Ijal.

Ijal mengatakan, untuk harga daging ayam broiler saat ini di angka 27 ribu hingga 35 ribu per kilogram, hal ini terbilang stabil.

“Harga masih stabil, dari abis lebaran idul fitri kemarin,” katanya.

Lebih lanjut, Ijal menjelaskan meskipun harga stabil. Namun, jika daging ayam broiler yang dijualnya tidak habis dalam satu hari alan di obral ke rumah makan disekitar Kecamatan Mentok.

“Cara mengatasi supaya ayam potong yang sudah jual di pasar tidak habis, nanti kami antar ke rumah makan gitu,” jelasnya.

Ditekankan, Ijal daya beli akan kembali normal jika sektor pertimahan kembali stabil, sehingga mengangkat ekonomi masyarakat.

“Intinya di sektor timah. Jika normal kembali seperti dulu, pasti bisa mendongkrak perekonomian,” tuturnya.

Senada, Faud salah satu pedagang ayam broiler, menuturkan untuk harga ayam potong saat ini masih terbilang stabil.

“Harga stabil, di angka 27 ribu sampai 35 ribu per kilogram, stabilnya itu dari abis lebaran idul fitri kemarin,” ujar Faud.

Meskipun harga stabil, Faud mengatakan dirinya tidak dapat menjual daging ayam broiler sebanyak dulu, lantaran ekonomi masyarakat lesu.

“Pembeli juga sepi, sekarang 15 ekor – 20 ekor. Biasanya itu sampai 30 ekoran dalam sehari,” katanya.

Ia menekankan, cara dirinya mengatasi jika daging ayam broiler yang dijualnya tidak habis, terpaksa ia menjual murah kepara pemilik rumah makan.”

Kalau tidak habis, ya kita anter ke rumah makan, kita jual murah, kadang kita jual modal,” tukasnya.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: PERHATIAN