Jum’at, 22 November 2024
Marwan/Mahasiswa UBB/Ketua Umum HMI Universitas Bangka Belitung
Berdinamika dalam sebuah organisasi adalah fitrahnya para pejuang umat. Namun dinamika internalisasi harus berada pada koridor berjalannya roda dengan baik. Dengan tegas saya menyampaikan organisasi banyak dihadapkan dengan parasit-parasit (pengambil manfaat namun enggan berjuang membesarkan organisasinya). Menikmati power besar organisasi, memanfaatkan relasi namun tidak menggerakkan organisasi. Dinamika ini semakin terlihat dibanyak ruang lingkup organisasi kepemudaan. Saya selaku orang yang berjuang dari nol untuk sebuah organisasi sampai dengan detik ini justru merasakan keberadaan anggota parasit Organisasi. Berorganisasi hanya untuk mencapai kepentingan pribadi. Berorganisasi untuk menghidupi diri sendiri namun enggan melihat kondisi organisasi yang tak berdaya. Parasitnya sebuah tumbuhan itu hidup dengan menumpang pada pohon lain sehingga membuat sebuah pohon itu mengering dan mati. Sama halnya dengan parasit Organisasi, mengaku anggota untuk hidup disebuah organisasi memanfaatkan jejaringan dan relasi, memanfaatkan fasilitas organisasi sampai tercapainya tujuan dan kepentingan pribadinya namun lupa rahim yang mengiringi tercapainya tujuan tersebut.
Seorang tokoh islam yang berjuang dalam meletakkan dasar pendidikan sekaligus pendiri Muhammadiyah yakni K.H Ahmad Dahlan menyampaikan nasihat “Hidup-hidupilah Organisasi Muhammadiyah jangan mencari hidup di Muhammadiyah”. Ini melekat pada setiap jantungnya organisasi. Keberkahan pengabdian pada sebuah organisasi seharusnya akan didapatkan ketika ikhlas dalam mengabdi untuk kepentingan orang banyak. Namun hari ini kader-kader organisasi banyak menjadi parasit (penikmat besarnya organisasi). Relasi dimanfaatkan untuk kepentingan perutnya sendiri bukan untuk menjalankan roda organisasi. Fasilitas organisasi dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi dan golongan tapi tidak dengan berjuang menjalankan roda organisasinya. Parasit seperti ini jangan sampai menjangkar. Fitrah sebuah organisasi akan rusak ketika hanya dibawa untuk kepentingan yang sifatnya individualistis.
Anggota organisasi yang disebut dengan kader parasit ini biasanya muncul ketika ada peluang atau kepentingan. Menjual nama organisasinya sebagai background untuk kepentingannya. Padahal selama menjadi anggota organisasi patut dipertanyakan apa yang sudah diberikannya. Bagi pribadi, tentunya kemunafikan kader parasit dalam organisasi selalu saya tandai. Ketika suatu saat tau, kader yang harus diutamakan karena niat, keuletan, kedisiplinan dan keikhlasan mengabdi dalam sebuah organisasi dan mana yang hanya muncul karena kebutuhan/kepentingan. Memang tidak semua orang sadar dengan sifat parasitismenya seorang kader. Tapi yang sudah banyak berdinamika tentunya paham mana yang terjun ke organisasi untuk tujuan pribadi dan mereka yang terjun memang juga tertanam niat untuk belajar, berjuang dan mengabdi. Kesadaran adalah hal yang sangat penting. Berjalan atau tidaknya sebuah organisasi terletak pada kesadaran anggota-anggotanya. Ketika kesadaran tertanam dalam diri seorang kader maka terlintas dalam dirinya yang melekat akan kewajiban. Dunia kerja yang melibatkan latarbelakang proses disebuah organisasi adalah bonusnya sebuah pengabdian, bukan menjadi tuntutan kita wajib mendapatkan itu semua. Karena realita yang dihadapkan saat ini, justru kader-kader parasit lebih pandai dan dengan tidak ada rasa sadar mengambil celah peluang yang ada. Sehingga kader yang militansi dalam berproses dan berdinamika terkesampingkan.
Maka diakhir statement ini, dengan penuh kesadaran dalam ikhtiar menjaga dan merawat sebuah rumah (organisasi). Menyatakan akan pentingnya menjaga militansi, menjaga solidaritas antar sesama anggota. Mengingat dan tidak melupakan mereka yang memang berjuang, berikhtiar dan mengabdikan diri dalam sebuah organisasi yang sehingga patut diutamakan ketika peluang organisasi dapat memberikan hak bagi mereka yang berjuang. Tentunya penting bagi kita untuk utamakan mereka yang ikhlas menggerakkan organisasi, mereka yang berkorban bukan mereka yang hanya muncul saat adanya kepentingan. Ruhnya sebuah organisasi akan tetap ada ketika roda itu berjalan pada porosnya dengan penuh kesadaran bahwa organisasi adalah wadah bukan alat untuk kepentingan pribadi melainkan untuk tujuan bersama. Mendalami segala keyakinan bahwa kita sebagai pemuda yang ikhtiar dalam sebuah wadah organisasi, kita yang berusaha menggerakkan roda tersebut untuk sampai pada tujuan yang menjadi fitrah terbentuknya sebuah organisasi ataupun tujuan secara konstitusional.